Menggembirakan Kopdarnas Penggiat Literasi: CINTA BACA ... Menggembirakan Kopdarnas Penggiat Literasi: CINTA BACA MENEMBUS CAKRAWALA .: ...
Menggembirakan Kopdarnas Penggiat Literasi: CINTA BACA MENEMBUS CAKRAWALA
.: Home > Artikel > Majelis 11 Desember 2017 00:02 WIBDibaca: 37
Penulis : Mahli Zainuddin Tago
Stasiun Picadilly Manchester, 09 Desember 2017. Udara di luar sangat dingin, minus 1 derajat celcius. Tetapi di dalam KA Virgintrain udara terasa hangat, 18 derajat celcius. Lebih hangat lagi suasana di hati kami. Saya, Ayu istri saya, Dilla anak pertama saya, dan Ridwan menantu saya. Ada beberapa alasan kehangatan ini. Alasan paling penting bahwa ini perjalanan penuh kesyukuran. Kami bersyukur karena tgl 15 nanti Dilla akan diwisuda sebagai Master of Sciece dari Departemen of Advanced Chemical Engineering, Univerity of Manchester Inggris. Sesuatu yang sebelumnya tak terbayangkan sedikitpun bisa terjadi dalam sejarah hidup kami.
Sambil menunggu datangnya waktu wisuda itu, pada pagi buta nan beku ini kami memulai perjalanan menjelajah negeri Ratu Elizabeth. Kami dalam perjalanan dari Manchester menuju London. Sayangnya anak kedua kami Fia tidak bisa bergabung dalam sesi ini. Jadwal dia sebagai mahasiswa semester akhir fakultas kedokteran tidak memungkinkan dia menyertai perjalanan ini. Lagi pula tiga bulan yang lalu dia baru pulang keliling Eropa dalam rangka pertukaran mahasiswa kedokteran selama sebulan di Palermo.
Dilla lahir 13 Agustus 1992 di Jepara. Ini satu tahun setelah kami menikah, juga di Jepara. Pasca pernikahan saya dan istri menjalankan bahtera rumah tangga baru ini dengan kembali ke Solo, tempat kami bertemu di kampus UMS. Sebulan kemudian kami hijrah ke Jogja. Ketika kandungan istri saya berusia beberapa bulan sebelum melahirkan, Ayu saya bawa ke Jepara. Ini tentu terkait dengan keinginan Ayu untuk dekat dengan keluarga pada saat pertama kali melahirkan. Dia ingin ditemani ibunda di Jepara. Ini juga terkait dengan kemampuan finansial kami yang masih terbatas kalau proses kelahiran berlangsung di Jogja. Setelah lahir di Jepara, pada umur 6 bulan Dilla kami boyong kembali ke Jogja.
Sejak usia balita Dilla sudah kami ajarkan untuk cinta buku. ini juga kami lakukan pada Fia, adik Dilla. Ini yang kemudian menjadi pondasi penting bagi masa depan dua anak kami ini. Keterbatasan ekonomi kami pada masa itu tidak menghalangi niat ini. Kami memang tidak mampu berlangganan majalah anak-anak, apalagi membeli banyak buku baru. Tetapi kami beruntung tinggal di Jogja yang memiliki Shopping Center. Inilah pusat buku murah dan buku bekas di Jogja. Ke sini kami sering mengajak Dilla kecil berburu buku dan majalah bekas. Tradisi ini kami mulai bahkan sejak Dilla belum bisa membaca. Ketika itu saya dan istri saya bergantian membacakan cerita-cerita bergambar yang ada dalam majalah itu kepada Dilla.
Ke tika dia sudah bisa membaca maka majalah bekas ini menjadi barang kesayangannya. Sehingga sejak masa anak-anak Dilla sudah punya koleksi majalah anak-anak. Beberapa seri majalah anak-anak INA, misalnya, kami jilid dan menjadi koleksi pribadi Dilla sampai dia besar. Pada sisi lain, setiap saya atau istri saya ada tugas ke luar kota, Dilla dan belakangan juga Fia adiknya tidak meminta oleh-oleh dalam bentuk barang. Kami cukup menjanjikan nanti sesampai kami di Jogja kami akan jalan-jalan ke toko buku. Mereka kami beri jatah sekian puluh ribu untuk bebas memilih buku apa saja yang mereka senangi. Inti dari sesi ini adalah Dilla sejak masa dini senang mengoleksi buku. Dampak lanjutan dari kesenangannya itu adalah hobi membaca.
Setelah memasuki usia SD, kecintaan membaca ternyata menjadi bekal yang sangat penting bagi Dilla. Ini juga terjadi belakangan pada Fia adiknya. Semua buku pelajaran seakan dilahapnya. Memabaca, belajar, menjadi habbit Dilla. Kebiasan ini berlan gsung sepanjang waktu. Termasuk ketika mendekati masa ujian sekolah. Pada masa ujian ini banyak orang tua bersitegang dengan anak-anak mereka agar anak-anak fokus belajar. Alhamdulillaah kami tidak mengalami hal ini. Dilla secara mandiri selalu siap dengan ujian sekolahnya karena dia selalu membaca dan belajar hampir sepanjang hari. Bahkan pada masa-masa ujian Dilla Nampak lebih santai dari hari-hari biasa. Kecintaan membaca ini menemani pencapaian-pencapaian yang diraih Dilla dalam perjalanan pendidikannya, demikian juga Fia adiknya, sejak masa SD, SMP, SMA, sampai masa menjadi mahasiswa.
Alhamdulillah, dalam perjalanan studinya seperti pohon subur yang berbuah lebat, prestasi demi prestasi diraih Dilla. Bagi kami ini tentu dilihat sebagai rezeki dari Allaah yang tidak terkira nilainya. Kami tidak harus mengeluarkan banyak biaya untuk sukses studi anak-anak kami. Rezeki memang tidak harus dalam bentuk keberlimpahan finansial.
Saat menamatkan SD Dilla lulus sebagai siswa dengan NEM tertinggi di sekolahnya, SD Muhammadiyah Wirabrajan Tiga. SD ini lebih dikenal dengan SD Wibraga Jogja. Rezeki berupa NEM tinggi ini menjadi modal yang sangat berharga untuk Dilla mencari sekolah lanjutannya. Awalnya kami ingin memasukkan Dilla ke pesantren. Ada dua pilihan: Madrasah Muallimat Muhammadiyah Jogja dan Pesantren Gontor Putri di Jawa Timur. Setelah rundingan keluarga Dilla mau masuk ke pesantren dengan syarat. Dia akan masuk pesantren setelah terlebih dahulu mencoba masuk ke SMP terbaik di Jogja yaitu SMPN 5. Maka Dilla berkompetisi dengan ribuan lulusan SD untuk memasuki SMP ini. Alhamdulillah Dilla diterima pada ranking 51 dari 400-an murid yang diterima. Selanjutnya bahkan Dilla diterima sebagai sisiwa kelas akselerasi. Maka Dilla hanya butuh waktu dua tahun menyelesaikan SMP-nya. Rezeki Dilla tidak berhenti hanya disitu, dia lulus dari SMPN 5 dengan NEM tertinggi. Ini kemudian menjadi modal besar bagi dia ketika mecari SMA dalam r angka pendidikan lanjutannya.
Dilla akhirnya memilih SMA N-1 Jogja. Ini sungguh rezeki yang luar biasa bagi kami sekeluarga. SMA N-1 Jogja yang juga dikenal dengan nama SMA Teladan ini adalah SMA terfavorit di Jogja. Hal yang lebih penting lagi SMA ini dikenal dengan biaya studi paling murah. Bagi saya pribadi, prestasi Dilla ini seperti membayar cita-cita saya yang tidak tercapai sekian tahun seselumnya. Tepat dua puluh lima tahun sebelumnya saya salah satu dari ribuan tamatan SMP di Jogja yang tidak berhasil memasuki SMA terbaik ini. Di sekolah ini Dilla menemukan habitatnya.
Teman-teman sekolahnya adalah anak-anak terbaik dari yang berasal dari berbagai daerah di seluruh indoensia. Di sekolah ini pembinaan aspek keagamaan siswa juga sangat baik. Bahkan ada yang menyebut SMA Teladan sebagai SMA negeri rasa pesantren. Tetapi Di SMA Teladan Dilla tidak mau lagi memasuki kelas akselerasi. Alasannya adalah ingin menikmati masa remaja lebih lama. Kami seba gai orang tua tidak memasalahkan itu. Dilla akhirnya menamatkan studi SMA-nya dengan nilai baik. Alhamdu lillaah, dengan NEM tinggi dia bisa memiliki banyak pilihan dalam memilih kampus tempatnya kuliah. Dilla diterima di Prodi Teknik Informatika STT Telkom Bandung. Tetapi dia lebih memilih prodi Teknik Kimia UGM. Ini berarti menjadi rezeki baru lagi bagi. Minimal dia tidak harus kos dengan biaya tambahan di luar kota.
Dilla melanjutkan studi di Prodi Teknik Kimia UGM. Ini salah satu prodi bergengsi bagi anak-anak ulusan SMA dimanapun di Indonesia. Sebagaimana pada saat sekolah sebelumnya, selama masa kuliah kami tidak lagi bersusah payah menyuruh-nyuruh Dilla untuk belajar. Membaca dan belajar sudah menjadi habit Dilla. Dia juga menerima beasiswa dari kampusnya sejak semester pertama sampai semester terakhir. Maka hari-hari Dilla dihabiskan dengan aktifitas perkuliahan dan beberapa organisasi kemahasiswaan. Dalam masa ini Dilla sempat menjadi anggota Tim Mahasiswa UGM mewakili Indonenesia menjuari kejuaraan internasional Chemicar yang diadakan Asosiasi Teknik Kimia seluruh dunia di Brisbane Australia.
Dilla lulus dengan predikat cumlaude pada usia 22 tahun. Sebulan setelah lulus pendadaran dan dua bulan sebeum wisuda Dilla minta dinikahkan dengan Ridwan. Ridwan adalah kakak kelas tiga angkatan Dilla di SMA Teladan. Sebagaimana siswa dan alumni Teladan pada umumnya Dilla dan Ridwan memiliki prinsip yang kuat dalam hubungan antar lawan jenis. Mereka tidak mengenal pacaran. Mereka memegang semangat âakan indah pada masanyaâ. Dilla dan Ridwan menikah hanya beberapa minggu setelah lulus dan beberapa minggu juga sebelum wisuda Dilla pada 2014.
Berbagai prestasi semasa kuliah nampaknya menghantarkan Dilla terbang mencapai mimpinya sebagai almuni SMA Teladan yaitu kuliah lanjut sambil berbulan madu di Luar Negeri. Subhanallaah. Kami sangat bersyukur ketika setahun yang lalu Dilla meraih beasiswa LPDP. Dia juga sebel umnya diterima sebagai mahasiswa dengan beasiswa penuh di National Taiwan University of Sicience and Technology. Tetapi Dilla lebih memilih beasisswa LPDP. Dengan modal LPDP di tangan dia lalu berburu universitas di Inggris. Meski diterima di University of Newcastle, Dilla memilih Univesity of Manchester yang pada saat itu berada pada peringkat 25 besar dunia.
Sebenarnya masih ada peluang bagi Dilla untuk mencoba di Imperial College London. Biaya hidup yang lebih mahal dan beberapa pertimbangan lain membuat Dilla memustuskan mengambil S2nya di Manchester. Maka pada September 2016 Dilla bersama Ridwan berangkat ke UK. Kami, saya dan istri, Fia adiknya Dilla, mbahkung Dilla mertua saya, orang tua Ridwan, melepas keberangkatan anak-anak muda generasi global ini menyongsong dunia. Kami melepas dua anak muda yang terlihat masih unyu-unyu ini di Bandara Adisucpito Jogja saat itu, dengan ari mata bahagia.
Kereta api Virgintrain yang kami naiki tidak la ma lagi akan memasuki stasiun Euston London setelah perjalanan dua jam dari Manchester. Meski matahari belum muncul di balik cakrawala pedalaman Inggris terlihat sudah terang di luar sana. Udara sangat cerah. Secerah hati kami tentu saja. Bentang alam di pedesaan yang kami lalui mirip dengan perbatasan Jateng-Jatim, kawasan hutan Perhutani Ngawi. Sawah-sawah terbentang di antara perbukitan rendah. Tidak ada padi yang di tanam. Tentu saja. Ini kan di pedalaman Inggris. Inikan juga musim dingin. Salju sudah mulai turun sesekali. Tidak ada yang bisa tumbuh pada musim ini. Semua membeku. Tetapi hati kami tidak beku. Di hati kami, saya dan Ayu istri tercinta, juga tumbuh subur rasa syukur.
Ada begitu banyak nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kami. Salah satunya dalah perjalanan naik kereta api Manchester â"London ini. Pondasi mecintai buku, hobi membaca, yang kami tanamkan pada Dilla seperempat abad yang lalu telah melahirkan bangunan kokoh pada diri Dilla yai tu mencintai ilmu. Itu menghantarkan dia mendapatkan rezeki demi rezeki daeri Allaah dalam bentuk berbagai prestasi akademik dalam rangka menggapai masa depannya. Pada saat yang sama, di kursi di belakang kami, Dilla hoek hoek muntah karena mabuk. Dia hamil empat bulan, mengandung calon cucu kami. Kami tidak perlu khawatir dengan hoek-hoek Dilla. Ada Ridwan suaminya anak cerdas lainnya yang berada di sampingnya.
Subhaanallaah, alhamdulillaah, Allahu akbar... Air mata ini kembali tidak bisa dibendung.
Milton Keynes, pedalaman Inggris,
11 Desember 2017.
Mahli Zainuddin Tago
sumber: facebook.com/mahli.tago
Tags: CintaBacaMenembusCakrawala , Kopdarna sPenggiatLiterasi , MahliZainuddinTago Kategori : Majelis Pustaka dan InformasiSumber: Google News | Koranmu Jawa Timur
Tidak ada komentar