Sebuah pepatah arab menyebutkan: laisa al fata man qaala kana abi, walakin al fata man qaala ha anadza. Pepatah lama ini mengusung dua p...
Sebuah
pepatah arab menyebutkan: laisa al fata man qaala kana abi, walakin al fata
man qaala ha anadza. Pepatah lama ini mengusung dua pelajaran penting.
Pertama, kemandirian adalah sifat dasar kaum muda untuk meraih eksistensi
sosial daripada menjual identitas dari garis keturunan. Kedua, meskipun
demikian, pepatah ini juga mengandung larangan untuk menonjolkan kemampuan diri
dengan meninggalkan pengakuan adanya pengaruh atau dampak yang didapatkan dari
orang lain ataupun eksternal, terlepas dari usaha dan prestasinya.
Pepatah
diatas seperti setali tiga uang dengan keadaan IPM Lamongan saat ini. Setelah
pada tahun 2014, IPM Lamongan dinobatkan oleh PP IPM sebagai Ikatan Pelajar
Muhammadiyah terbesar se nusantara. Tugas berat tentunya sedang menghadang di
depan mata. Eksistensi dan pengakuan kuantitas secara nasional tidak lantas
membuat IPM Lamongan jumawa, peningkatan kualitas kader juga sedang digodok untuk menggembleng kader kader
ditingkat cabang dan ranting. Agar seimbang dan dapat dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat.
Seperti
memilih 3 jembatan penyebrangan, IPM Lamongan sengaja fokus untuk mengantarkan kader kader IPM mencapai puncak
tujuan dasar berIPM yaitu terampil, berilmu dan berakhlak mulia. Ketiga
jembatan penyebrangan itu (berdasar pada visi misi dasar) mengusung pendidikan
dakwah dan islam, pendidikan literasi dan pendidikan entrepreneurship bagi
pelajar.
IPM
Lamongan harus terus berbenah. Tidak hanya bangga meraih eksistensi sosial tapi
juga harus menyadari dan mengakui bahwa ada orang lain atau pihak ekternal yang
juga turut andil dalam mencapai eksistensi itu. Menggerakkan perubahan perubahan
baru yang berorientasi pada hasil karya dan kinerja. Menciptakan kemandirian
kemandirian yang berpedoman pada Al Quran dan As Sunnah. Mendidik kader kader
bangsa untuk mencipta Indonesia yang Berkemajuan.
Sebagaimana
teori pendidikan, pendidikan
dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: Pendidikan sebagai praktik dan Pendidikan
sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau
aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak
lain (baca: pelajar) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori
yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang
berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai
gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman
pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk
melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Diantara keduanya memiliki
keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya
berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan
seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam
praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan
dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan. Terkait
dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan, diantaranya: Pendekatan Sains, Pendekatan Filosofi dan
Pendekatan Religi.
Pendidikan Islam dan Dakwah
(Student Back to Mosque)
Pendidikan Islam sebagai suatu rangkaian proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, dalam pengertiannya tidaklah jauh berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum yang telah kita kenal karena Islam memandang pendidikan itu sebagai wujud proses yang dapat membantu pertumbuhan, seluruh unsur kepribadian manusia secara seimbang kearah yang positif, maka pendidikan islam itu adalah sistem pendidikan dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya yang sesuai dengan cita-cita Islam. Karena nilai-nilai ke-Islam-an telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa pengertian pendidikan Islam tidaklah jauh berbeda dengan pengertian pendidikan itu sendiri, akan tetapi dalam penerapannya pendidikan Islam mengorientasikan dirinya sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam yang tidak lain adalah untuk menjadi rahmat alam semesta. Oleh karena itu esensi pendidikan Islam itu sendiri adalah esensi dari pada potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu yang terletak pada keimanannya, keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak (moralitas), dan pengamalannya. (Fadhil Al-Djali, 1996). Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah), yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas, kewajiban, maka pendidikan berarti menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. Pendidikan Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.
Mengingat luasnya jangkauan pengertian pendidikan Islam maka berikut ini akan dikemukakan pendapat-pendapat pengertian pendidikan tanpa maksud membatasi pengertiannya. Secara terminologi beberapa ahli telah merumuskan konsep pendidikan Islam antara lain, Syed Sajjad dan Ali Ashraf dalam buku Crissis in Muslim Education, menulis: “Pendidikan Islam adalah, pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cinta begitu rupa, sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka-mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spritual dan sadar akan nilai-nilai etis Islam.”
Sementara Muchtar Bukhari menganggap pendidikan Islam sebagai kegiatan pendidikan. Selengkapnya Muchtar Bukhari menulis sebagai berikut :“Pendidikan Islam adalah : Pertama, segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa, dan Kedua, keseluruhan lembaga pendidikan yang mendasarkannya program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam.”
Pendidikan Islam sebagai suatu rangkaian proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, dalam pengertiannya tidaklah jauh berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum yang telah kita kenal karena Islam memandang pendidikan itu sebagai wujud proses yang dapat membantu pertumbuhan, seluruh unsur kepribadian manusia secara seimbang kearah yang positif, maka pendidikan islam itu adalah sistem pendidikan dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya yang sesuai dengan cita-cita Islam. Karena nilai-nilai ke-Islam-an telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa pengertian pendidikan Islam tidaklah jauh berbeda dengan pengertian pendidikan itu sendiri, akan tetapi dalam penerapannya pendidikan Islam mengorientasikan dirinya sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam yang tidak lain adalah untuk menjadi rahmat alam semesta. Oleh karena itu esensi pendidikan Islam itu sendiri adalah esensi dari pada potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu yang terletak pada keimanannya, keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak (moralitas), dan pengamalannya. (Fadhil Al-Djali, 1996). Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah), yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas, kewajiban, maka pendidikan berarti menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. Pendidikan Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.
Mengingat luasnya jangkauan pengertian pendidikan Islam maka berikut ini akan dikemukakan pendapat-pendapat pengertian pendidikan tanpa maksud membatasi pengertiannya. Secara terminologi beberapa ahli telah merumuskan konsep pendidikan Islam antara lain, Syed Sajjad dan Ali Ashraf dalam buku Crissis in Muslim Education, menulis: “Pendidikan Islam adalah, pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cinta begitu rupa, sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka-mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spritual dan sadar akan nilai-nilai etis Islam.”
Sementara Muchtar Bukhari menganggap pendidikan Islam sebagai kegiatan pendidikan. Selengkapnya Muchtar Bukhari menulis sebagai berikut :“Pendidikan Islam adalah : Pertama, segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa, dan Kedua, keseluruhan lembaga pendidikan yang mendasarkannya program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam.”
Inilah pendapat-pendapat sebagian filsuf tentang pengertian pendidikan dalam mendefinisikannya. Tidak menutup kemungkinan ada pendapat-pandapat lain mengenai pendidikan yang lebih kongkrit dan mudah dipahami. (Abd. Halim Soebahar, 2002)
Dengan dasar teori ini, IPM Lamongan sedang gencar melakukan gerakan student back to mosque sebagai jawaban kegelisahan Muhammadiyah dalam mencari kader mubaligh dengan mengdakan safari dakwah dan kajian rutin ke seluruh cabang yang ada di Lamongan. Tidak hanya itu, relawan relawan kebersihan dibentuk untuk membersihkan masjid sebelum pengajian dilasungkan. Kader kader potensial yang mengabdi di masyarakat kami berikan beasiswa setiap bulan untuk mengajar ngaji bagi anak anak yang kurang mampu.
Pendidikan
Literasi dan Ransel Pustaka
Literasi yang
dalam bahasa Inggrisnya, literacy berasal dari bahasa
Latin littera (huruf) yang
pengertiannya melibatkan penguasaan
sistem-sistem tulisan dan
konvensi-konvensi yang menyertainya.
Namun demikian, literasi
utamanya berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan.
Adapun
sistem bahasa tulis itu sifatnya sekunder. Manakala berbicara mengenai bahasa,
tentunya tidak lepas dari
pembicaraan mengenai budaya
karena bahasa itu
sendiri merupakan bagian dari
budaya. Sehingga, pendefinisian
istilah literasi tentunya harus mencakup
unsur yang melingkupi
bahasa itu sendiri,
yakni situasi sosial budayanya.
Berkenaan dengan
ini Kern (2000) mendefinisikan istilah
literasi secara komprehensif sebagai berikut: Literacy is the
use of socially-,
and historically-, and
culturallysituated practices of
creating and interpreting
meaning through texts. It
entails at least
a tacit awareness
of the relationships between textual conventions and
their context of use and, ideally, the ability
to reflect critically
on those relationships. Because
it is purpose-sensitive, literacy
is dynamic – not
static – and variable across and within discourse
communities and cultures. It draws on a wide
range of cognitive
abilities, on knowledge
of written and spoken
language, on knowledge
of genres, and
on cultural knowledge.
Yang
artinya, literasi adalah penggunaan
praktik-praktik situasi
sosial, dan historis,
serta kultural dalam
menciptakan dan
menginterpretasikan makna melalui
teks. Literasi memerlukan setidaknya sebuah
kepekaan yang tak
terucap tentang hubungan hubungan antara
konvensi-konvensi tekstual dan
konteks penggunaanya serta idealnya
kemampuan untuk berefleksi
secara kritis tentang hubungan-hubungan itu. Karena peka dengan maksud/
tujuan, literasi itu
bersifat dinamis – tidak
statis – dan dapat bervariasi di
antara dan di
dalam komunitas dan
kultur diskursus/ wacana. Literasi
memerlukan serangkaian kemampuan
kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre,
dan pengetahuan kultural.
Dari pernyataan
di atas dapat
diketahui bahwa literasi
memerlukan kemampuan yang kompleks.
Adapun pengetahuan tentang
genre adalah pengetahuan tentang
jenis-jenis teks yang
berlaku/ digunakan dalam
komunitas wacana misalnya, teks
naratif, eksposisi, deskripsi
dan lain-lain. Terdapat
tujuh unsur yang membentuk
definisi tersebut, yaitu
berkenaan dengan interpretasi, kolaborasi, konvensi,
pengetahuan kultural, pemecahan
masalah, refleksi, dan penggunaan bahasa. Ketujuh hal tersebut
merupakan prinsip-prinsip dari literasi.
Dalam
pendidikan Literasi ini, IPM Lamongan mengusung beban berat sebagai generasi
muda untuk membudayakan Gerakan Membaca dan Menulis bagi seluruh pelajar di
Lamongan. Disamping memperkaya bahasa nusantara dan asing, gerakan literasi ini
diharapkan mampu menjadi tonggak sejarah bagi lembaga/sekolah dalam mengasuh
anak didiknya menjadi kader kader bangsa dan persyarikatan yang menjunjung ilmu
pengetahuan dan keislaman.
Dengan
tujuan tersbut kami membentuk Ransel Pustaka yang sudah berjalan hampir satu
tahun setengah. Perjalanan ransel pustaka terus bekembang dengan membagikan
ransel pustaka ke cabang cabang IPM untuk dikelola secara gratis. Semua pihak
bisa menjangkau dan ini menjadi gerakan pelajar baru di Lamongan. Disamping itu
juga, IPM Lamongan juga memperkaya wawasan dengan meluncurkan program gerakan
literasi sekolah yang dimulai di MTs Muhammadiyah 06 Sugihan dengan meluncurkan
buku Perkara Memahami Kebijaksanaan.
Pendidikan Entrepreneurship, Budaya
Dagang dan Dana sosial IPM
Menurut Hisrich-Peters (2002:10), kewirausahaan adalah Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psyhical, and social risks and receiving the resulting rewards of monetary and personal satifaction and independence. Kewirausahaan merupakan proses menciptakan sesuatu yang baru dengan mengorbankan waktu dan tenaga disertai dengan pengorbanan keuangan, fisik dan resiko sosial untuk mendapatkan penghargaan baik berupa materi (uang), kepuasan pribadi dan kemandirian.
Timnos dalam Lambing dan Kuehl (2000:14) mendefinisikan kewirausahaan dengan istilah entrepreneurship sebagai berikut, Human creative act that builds something of value from practically nothing. It is the pursuit of opportunity regadless of resources, or lack of resources at hand. It requires a vision and the passion and commitmen to lead others in the pursuit of that vision. It also requires a willi ngness to take calculated risk.
Kewirausahaan adalah tindakan kreatif manusia yang membuat sesuatu yang tidak berharga (tidak mempunyai nilai) menjadi berharga. Kewirausahanmenciptakan suatu kesempatan dengan sumber daya yang kurang memadai. Kewirausahaan memerlukan visi, tekad dan komitmen untuk memimpin/menguasai orang lain dalam upaya mewujudkan visi tersebut. Kewirausahaan juga mempunyai keberanian untuk mengambil resiko yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Dengan mengusung berbagai macam program diatas, maka ada gerakan dari pelajar Muhammadiyah Lamongan dalam angka mensukseskan program program mulia diatas. IPM Lamongan memulainya dengan membeikan anugeah ranting dan cabang studentpreneuship kepada ranting dan cabang yang bisa menghidupi perjalanan organisasi dengan berbagai macam usaha. IPM Lamongan juga sedang mempersiapkan peluncuran aplikasi playstore untuk digunakan sebagai pasar online pelajar Lamongan.
Laba dari setiap penjualan IPM menjadi dana sosial dan untuk menghidupi gerakan literasi dan student back to mosque. Untuk membeli buku, memberikan beasiswa prestasi dan membeli peralatan kebesihan masjid. Budaya dagang ini sudah merambah sampai ke tingkat rating dan cabang dalam setiap event IPM, Sekolah atau yang lain.
Maka IPM Lamongan akan sangat berbangga pernah memulai meniti tiga jembatan penyebrangan ini. Tidak hanya mengawali dan melewati, ada tugas penting selanjutnya yang sudah siap di depan mata. Sebagaimana jembatan, membutuhkan perawatan maka tugas besar itu adalah merawat semangat untuk mengantarkan pelajar Lamongan mencapai tujuan dasar ber IPM. Terampil, berilmu, berakhlak mulia.
Menurut Hisrich-Peters (2002:10), kewirausahaan adalah Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psyhical, and social risks and receiving the resulting rewards of monetary and personal satifaction and independence. Kewirausahaan merupakan proses menciptakan sesuatu yang baru dengan mengorbankan waktu dan tenaga disertai dengan pengorbanan keuangan, fisik dan resiko sosial untuk mendapatkan penghargaan baik berupa materi (uang), kepuasan pribadi dan kemandirian.
Timnos dalam Lambing dan Kuehl (2000:14) mendefinisikan kewirausahaan dengan istilah entrepreneurship sebagai berikut, Human creative act that builds something of value from practically nothing. It is the pursuit of opportunity regadless of resources, or lack of resources at hand. It requires a vision and the passion and commitmen to lead others in the pursuit of that vision. It also requires a willi ngness to take calculated risk.
Kewirausahaan adalah tindakan kreatif manusia yang membuat sesuatu yang tidak berharga (tidak mempunyai nilai) menjadi berharga. Kewirausahanmenciptakan suatu kesempatan dengan sumber daya yang kurang memadai. Kewirausahaan memerlukan visi, tekad dan komitmen untuk memimpin/menguasai orang lain dalam upaya mewujudkan visi tersebut. Kewirausahaan juga mempunyai keberanian untuk mengambil resiko yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Dengan mengusung berbagai macam program diatas, maka ada gerakan dari pelajar Muhammadiyah Lamongan dalam angka mensukseskan program program mulia diatas. IPM Lamongan memulainya dengan membeikan anugeah ranting dan cabang studentpreneuship kepada ranting dan cabang yang bisa menghidupi perjalanan organisasi dengan berbagai macam usaha. IPM Lamongan juga sedang mempersiapkan peluncuran aplikasi playstore untuk digunakan sebagai pasar online pelajar Lamongan.
Laba dari setiap penjualan IPM menjadi dana sosial dan untuk menghidupi gerakan literasi dan student back to mosque. Untuk membeli buku, memberikan beasiswa prestasi dan membeli peralatan kebesihan masjid. Budaya dagang ini sudah merambah sampai ke tingkat rating dan cabang dalam setiap event IPM, Sekolah atau yang lain.
Maka IPM Lamongan akan sangat berbangga pernah memulai meniti tiga jembatan penyebrangan ini. Tidak hanya mengawali dan melewati, ada tugas penting selanjutnya yang sudah siap di depan mata. Sebagaimana jembatan, membutuhkan perawatan maka tugas besar itu adalah merawat semangat untuk mengantarkan pelajar Lamongan mencapai tujuan dasar ber IPM. Terampil, berilmu, berakhlak mulia.
Oleh : Irfan Shaifullah (Ketua Umum PD IPM Lamongan)
Daftar Pustaka
Saleh, Muwafik. 2011. Membangun Karakter dengan hati nurani.
Jakarta : Penerbit PT Erlangga
Hosen, Nardisyah. Hammado, Nurrussyariah. 2013. Ashabul Kahfi.
Jakarta : Penerbit Noura Books
Hidayatullah dkk, Ahmad. 2015. Membaca Muhammadiyah: Refleksi
Kritis Anak Muda Lintas Isu. Surabaya : Penerbit UMSurabaya Press..
Fethullah Gulen, Muhammad. 2011. Islam, Rahmatan Lil Alamin.Jakarta
: Penerbit Republika.
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta
: Logos Wacana Ilmu
Azra, Azyumardi dan Maarif, Syafi’I. 2003. Ensiklopedi
Tokoh Islam, Dari Abu Bakr Sampai Nashir dan Qardawi. Jakarta : Hikmah
Suparta, Munzier, Harjani, Hefni, (ed), 2003 Metode
Dakwah. Jakarta : Prenada Media
Noorhayati aliet sutrisno, pandanita
windari, fikriyah.2012. Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta: deepublish
Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdak
Uyoh Sadulloh, 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan,
Bandung : Alfabeta,
Wijaya, Albert Hendra. 2012. Kejujuran dalam Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Cepi Triatna,2012. pendidikan karakter (kajian teori dan praktik
skolah) Bandung:PT Remaja Rosda karya
Tidak ada komentar