Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Pages

https://www.uhamka.ac.id/reg

Gerakan Literasi Muhammadiyah Harus Menjadi Gerakan Bersama

Kegiatan Kopdarnas yang diselenggarakan oleh MPI PPM. 8-10 Desember 2017 di Unmuh Surakarta ini berhasil menghadirkan semangat yang berkob...

Kegiatan Kopdarnas yang diselenggarakan oleh MPI PPM. 8-10 Desember 2017 di Unmuh Surakarta ini berhasil menghadirkan semangat yang berkobar. Kehadiran beberapa elemen Muhammadiyah baik dari MPI wilayah dan daerah,  Penggerak literasi dari IPM,  IMM,  Perpustakaan Sekolah/kampus, juga taman -taman baca yang hampir semuanya digerakkan oleh kader-kader muhammadiyah.Hal ini tentu sangat menggembirakan dan bisa menjadi modal yang signifikan untuk menumbuhkembangkan tradisi literasi di muhammadiyah. 

Kehadiran pemerintah melalui PT.  POS,  Perpusnas,  dan kemendikbud tentu menjadi amunisi tambahan bagi muhammadiyah. Tetapi itu belum cukup. Semangat gerakan literasi yang di inisiasi MPI ini harus menjadi gerakan bersama dan menjangkau semua tingkatan strukturak di muhammadiyah. Semangat literasi ini harus terus digaungkan dan disinergikan dengan seluruh elemen di muhammadiyah. Di seluruh amal usaha Muhammadiyah dan struktur pimpinan muhammadiyah dan ortomnya di semua level harus memiliki kesadaran dan semangat yang sama untuk menggerakkan literasi.

Bersinergi antar elemen merupakan impian MPI untuk mewujudkan bunga-bunga literasi tumbuh subur menghijau di ruang amal usaha harus dilakukan dengan bersinergi antar elemen,  baik itu dengan majelis,  lembaga,  ortom dan lainnya.

MPI bisa menggandeng Majelis Dikti untuk merangsang PTM-PTM yang bertebaran untuk ikut menggerakkan literasi baik melalui program penerbitan buku dari dosen-dosennya, mengirimkan dosen dan mahasiswanya yang memiliki keterampilan menulis untuk disebar ke pelosok-pelosok memberikan pelatihan menulis. Atau memasukkan gerakan literasi dalam kegiatan KKN Mahasiswa.

Dengan majelis dikdasmen, MPI bisa memasukkan agenda-agenda literasinya kepada seluruh kepala sekolah untuk memberikan ruang yang luas bagi gerakan literasi di sekolahnya. Tidak hanya ketersediaan perpustakaan sekolah tetapi lebih dari itu,  pimpinan sekolah menunjukkan political will yang kuat terhadap gerakan literasi di sekolahnya.

Akan sangat tidak produktif apabila pustakawan yang menjadi penggerak literasi tanpa dukungan dari pimpinan sekolah.  Termasuk juga concern pimpinan sekolah terhadap budaya literasi terhadap guru-guru dan karyawannya.

Dengan Majelis PKU, MPI bisa menjadikan rumah sakit dan klinik muhammadiyah memiliki perpustakaan yang bisa dibaca baik oleh karyawannya maupun pasien dan keluarga pasien. Akan sangat elok misalnya di sebuah rumah sakit muhammadiyah disamping memberikan layanan kesehatan, pihak rumah sakit juga menyediakan buku-buku. Apalagi ketika pasiennya adalah anak-anak kemudian dibacakan buku-buku cerita.

Dengan Majelis Pendidikan Kader,  MPI bisa menyiapkan kader relawan yang bisa menjadi penggerak literasi. Modul-modul diklat perkaderan bisa juga dirumuskan secara bersama-sama dengan memasukkan semangat gerakan literasi di dalamnya.

Dengan Majelis Ekonomi,  MPI bisa menggandengnya sebagai feeder untuk menghidupi gerakan literasi. Konsep perpustakaan jalanan bisa menjadi model alternatif untuk menggerakkan buku-buku di berbagai tempat. Dan itu butuh dana ekstra. Ransel Pustaka,  misalnya,  akan semakin massif gerakannya untuk mengusung buku-buku ke berbagai tempat bila didukung oleh sumber dana yang baik.
Dengan AMM,  MPI bisa menjadikannya ujung tombak untuk menggulirkan gerakan literasi di ruang-ruang publik. IPM, IMM,  NA,  PM semuanya bisa bergerak dan memiliki komunitas literasi binaannya yang disesuaikan dengan karakter gerakannya.  Juga dengan elemen yang lainnya.

Intinya,  semua potensi yang dimiliki oleh Muhammadiyah harus digandeng dan dirangkul sehingga bunga-bunga tradisi literasi yang sudah dirintis oleh Muhammadiyah seabad yang lalu bisa kita saksikan tumbuh subur menghijau bermekaran di ruang-ruang amal usaha dan publik.

Slogan Islam berkemajuan yang ditancapkan Muhammadiyah bukan sekedar kata-kata tetapi menemui maknanya yang hakiki.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa pahlawannya.  Tapi bangsa yang maju adalah bangsa yang bisa menghargai buku-buku (M. Syarif Bando,  Kepala Perpustakaan Pusat)

Oleh : W.  Yono (Pegiat Gerakan Pantura Membaca